RANGKUMAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL SEMESTER 1
RANGKUMAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL
Rangkuman Praktikum Sistem Digital Modul 1-6
Disusun Oleh :
Nama : Bima Putra Purnomo
NIM : 231080200008
Kelompok : 1
Assalamu'alaikum
Wr.Wb.
Materi yang
saya lampirkan merupakan hasil rangkuman dari materi praktikum Sistem Digital
satu semester ini dan menjadi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktikum
Sistem Digital. Saya merupakan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Program Studi Informatika. Jika ingin lebih tahu tentang Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo bisa langsung mengakses link umsida.ac.id atau fst.umsida.ac.id
POKOK BAHASAN I
PENGENALAN GERBANG LOGIKA
PENDAHULUAN
Pada pokok bahasan ini berisi penjelasan
disertai contoh mengenai konsep gerbang logika yang menjadi pemahaman dasar
bagi mahasiswa sebelum mempelajari gerbang logika, dimana konsep gerbang logika
digunakan untuk mempresentasikan sebuah rangkaian gerbang logika, diharapkan
mahasiswa dapat :
- Memahami pengoperasian gerbang logika dasar
- Merancang dasar - dasar rangkaian logika
- Menjalankan modul rangkaian logika
- menerapkan gerbang - gerbang dasar dalam bentuk rangkaian
terintegrasi
PENYAJIAN (TUTORIAL)
A. Konsep Dasar Gerbang Logika
Gerbang
Logika dasar merupakan dasar pembentukan sistem digital. Gerbang logika
beroperasi dengan bilangan biner, sehingga disebut juga gerbang logika biner
yang sering ditemukan dalam sirkuit digital yang diimplementasikan secara
elektronik dengan menggunakan diode atau transistor.
Gerbang logika digunakan untuk membentuk sebuah rangkaian logika dengan
dasar gerbang memiliki 7 jenis yaitu :
1. Gerbang AND : memerlukan 2 atau lebih
Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran
(Output).
2. Gerbang OR : memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran (Output).
3. Gerbang NOT : hanya memerlukan sebuah
Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran
(Output).
4. Gerbang NAND (NOT AND) : Gerbang NAND merupakan kombinasi dari Gerbang AND
dan
Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran
(Output) Gerbang AND.
5. Gerbang NOR (NOT OR) :Gerbang NOR merupakan kombinasi dari Gerbang OR
dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari
Keluaran (Output) Gerbang OR.
6. Gerbang X-OR (Exclusive OR) : singkatan dari Exclusive OR yang terdiri dari
2 Masukan (Input) dan 1 Keluaran (Output)
Logika. Gerbang X-OR akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1
jika semua Masukan-masukannya (Input) mempunyai nilai
Logika yang berbeda. Jika nilai Logika Inputnya sama, maka akan memberikan
hasil Keluaran Logika 0.
7. Gerbang X-NOR (Exclusive NOR) : terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1
Keluaran (Output). X-NOR adalah singkatan dari
Exclusive NOR dan merupakan kombinasi dari Gerbang X-OR dan
Gerbang NOT. Gerbang X-NOR akan
menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua Masukan
atau Inputnya bernilai Logika yang
sama dan akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika
semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika yang
berbeda.
POKOK BAHASAN 2
PERSAMAAN BOOLEAN DAN
PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOGIKA (MENGGUNAKAN
METODE K – MAP)
PENDAHULUAN
Pada pokok pembahasan ini ditujukan supaya dapat memahami serta
mengaplikasikan persamaan boolean dan penyederhanaan rangkaian logika dengan
metode K - MAP, setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu untuk
:
1. Membuat
sebuah rangkaian logika sederhana melalui persamaan Boolean dan tabel kebenaran
yang diketahui.
2. Menggunakan K-map untuk memecahkan persoalan desain rangkaian logika
sederhana.
PENYAJIAN (TUTORIAL)
Aljabar
Boolean
Aljabar Boolean memuat variable dan simbul operasi untuk gerbang logika. Simbol yang digunakan pada aljabar Boolean adalah: (.) untuk AND, (+) untuk OR, dan ( ) untuk NOT. Rangkaian logika merupakan gabungan
beberapa gerbang, untuk mempermudah penyeleseian perhitungan secara
aljabar dan pengisian tabel kebenaran digunakan sifat-sifat aljabar Boolean.
Ø Dalil –
dalil Boolean (Boolean postulates)
ü P1 : X =
0 atau X = 1
ü P2 : 0 .
0 = 0
ü P3 : 1 +
1 = 1
ü P4 : 0 +
0 = 0
ü P5 : 1 .
1 = 1
ü P6 : 1 .
0 = 0 . 1 = 0
ü P7 : 1 +
0 = 0 + 1 = 1
Ø Theorema
Aljabar Boolean
ü T1 :
Commucative Law
a. A + B =
B + A
b. A
. B = B . A
ü T2 :
Associative Law
a. (A + B)
+ C = A + (B + C)
b. (A . B)
. C =A . (B . C)
ü T3 :
Distributive Law
a. A . ( B
+ C ) = A . B + A . C
b. A + ( B
. C ) = ( A + B ) . ( A + C )
ü T4 :
Identity Law
a. A + A =
A
b. A . A =
A
ü T5 :
Negation Law
a. ( A’ ) =
A’
b. ( A’ )’
= A
ü T6:
Redundant Law
a. A + A .
B = A
b. A . ( A
+ B ) = A
ü T7 : 0 +
A = A
a. 1 .
A = A
b. 1 + A =
A
c. 0 . A =
0
ü T8 : A’
+ A = 1
A’ . A =
0
ü T9 : A +
A’ . B = A + B A . (A’ + B) =A . B
ü T10 : DE
Morgan’s Theorem
a. (A + B
)’ = A’ . B;
b. 1 + A =
A
K - MAP
Peta Karnaugh (Karnaugh Map, K-map) dapat
digunakan untuk menyederhanakan persamaa logika
yang menggunakan paling banyak enam variable. Dalam
laporan ini hanya akan dibahas
penyederhanaan persamaan logika hingga empat
variable. Penggunaan persamaan logika dengan
lima atau enam variable disarankan menggunakan
program computer.
K
– Map 2 Variable
Pada K-Map 2 variabel, variabel yang digunakan
yaitu
2, Misalnya variabel A & B.
Catatan :
- Untuk setiap variabel yang
memiliki aksen, maka di dalam tabel ditulis 0.
- Untuk setiap variabel yang tidak memiliki aksen, maka di
dalam tabel 1.
K - MAP 3 Variabel
fungsi dari K - Map ini masih sama hanya saja digunakan untuk variabel
dengan jumlah 3
K - MAP 4 Variabel
Desain pemetaan pada 4 variabel dapat dibentuk menjadi 2 cara, yaitu
seperti gambar berikut :
POKOK BAHASAN 3
MULTILEVEL NAND DAN NOR
PENDAHULUAN
Pada pembahasan kali ini mengenai multilevel NAND dan
NOR dengan memanfaatkan teorema de morgan ke bentuk NAND dan NOR, dengan
memanfaatkan kelebihan dari gerbang NAND dan NOR yakni sifatnya yang universal
dapat digunakan untuk menggantikan 3 fungsi gerbang dasar yang lain (AND, OR,
NOT). setelah mempelajari ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. mengimplementasikan teorema de morgan ke bentuk NAND dan NOR
2. Membuat rangkaian pengganti AND, OR, NOT ke NAND dan NOR dengan
persamaan de morgan
3. Merubah rangkaian AND, OR, NOT menjadi NAND atau NOR saja secara
langsung
PENYAJIAN (TUTORIAL)
Multilevel artinya dengan mengimplementasikan gerbang NAND atau NOR,
akan ada banyak level / tingkatan mulai dari sisi input sampai ke sisi output.
Keuntungan pemakaian NAND saja atau NOR saja dalam sebuah rangkaian digital
adalah dapat mengoptimalkan pemakaian seluruh gerbang yang terdapat dalam
sebuah IC, sehingga menghemat biaya
NAND
contoh dari penggunaan teorema de morgan dengan memanfaatkan gerbang
NAND seperti gambar di atas
Contoh Soal :
Diketahui sebuah persamaan logika sebagai berikut:
Selesaikan persamaan tersebut hanya dengan gerbang NAND saja.
Jawab:
rangkaian awal dari persaamaan di atas akan menghasilkan rangkaian
digital seperti berikut :
Dapat dilihat pada rangkaian di atas membutuhkan 1 gerbang NOT, 2
gerbang OR, dan 2 gerbang AND, tentu saja ini akan membuat biaya lebih besar
karena membutuhkan 3 macam IC yakni AND, OR, NOT tetapi tidak semua gerbang
tersebut terpakai. Penyelasaiannya adalah dengan menggunakan penyederhanaan
dengan gerbang NAND saja dapat rangkaian sederhana berikut :
NOR
jika menggunakan NOR saja dapat memanfaatkan seperti berikut
dapat dipermudah jika langsung menggunakan soal
penyederhanaan tujuannya sama yakni pemanfaatan biaya dan IC supaya
tidak mubazir, jika disederhanakan hanya dengan gerbang NOR saja akan
mendapapatkan rangkaian seperti berikut :
POKOK
BAHASAN 4
RANGKAIAN ARITMATIKA DIGITAL
PENDAHULUAN
Dalam
pembahasan kali ini mengenai rangkaian aritmatika digital yakni adder half
adder, full adder serta subtractor baik berjenis half subtractor maupun full
subtractor yang bertujuan setelah pembahasan ini mahasiswa mampu untuk :
1. Memahami cara kerja rangkaian half adder dan full adder serta half subtractor dan Buol subtractor.
2. Membuat rangkaian half adder dan full adder beserta half subtractor dan Buol subtractor.
3. Memahami
perbedaan Carry In dan Carry Out terhadap full adder serta pengaruhnya.
PENYAJIAN
Adder
Adder (penjumlah) adalah rangkaian elektronika digital yang digunakan untuk menjumlahkan dua buah angka (dalam sistem bilangan biner), sementara itu di dalam computer rangkaian adder terdapat pada mikroskoper dalam blok ALU (Arithmetic Logic Unit).
Sistem bilangan yang digunakan
dalam rangkaian adder adalah :
• Sistem bilangan Biner (memiliki base/radix
2)
• Sistem bilangan Oktal
(memiliki base/radix 8)
• Sistem bilangan Desimal (memiliki
base/radix 10)
• Sistem bilangan Hexadesimal (memiliki base/radix
16
Namun, diantara ketiga system tersebut
yang paling mendasar adalah system bilangan biner,
sementara itu untuk menerapkan nilai negatif,
maka digunakanlah system bilangan complement. BCD (binary-coded
decimal).
a. Half Adder
Half adder
adalah suatu rangkaian penjumlah sistem bilangan biner yang paling sederhana.
Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk operasi penjumlahan data bilangan
biner sampai 1 bit saja. Rangkaian half adder mempunyai 2 masukan dan 2
keluaran yaitu Sunmamary out (Sum) dan Carry out (Carry).
Rangkaian ini merupakan gabungan
rangkaian antara 2 gerbang logika dasar yaitu X-OR dan AND. Rangkaian half
adder merupakan dasar bilangan biner yang masing-masing hanya
terdiri dari satu bit, oleh karena itu dinamakan penjumlah tak lengkap.
1. Jika
A=0 dan B=0 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 0.
2. Jika
A=0 dan B=1 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 1.
3. Jika
A=1 dan B=0 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 1.
4. Jika
A=1 dan B=1 dijumlahkan, hasilnya S (Sum) = 0. Dengan nilai pindahan Cout
(Carry Out) = 1.
Dengan demikian, half adder
memiliki dua masukan (A dan B), dan dua keluaran (S dan Cout).
b. Full
Adder
Rangkaian
Full-Adder, pada prinsipnya bekerja seperti Half-Adder, tetapi mampu menampung
bilangan Carry dari hasil penjumlahan sebelumnya. Jadi jumlah inputnya ada 3 :
A, B dan Cin, sementara bagian outputnya ada 2: Sum dan Cout. Cin ini dipakai
untuk menampung bit Carry dari penjumlahan sebelumnya.
Berikut merupakan symbol dari
Full Adder
Rangkaian Full Adder dapat
dibuat dengan menggabung 2 buah Half Adder. Rangkaian ini dapat digunakan untuk
penjumlahan sampai 1 bit. Jika ingin menjumlahkan lebih dari 1 bit, dapat
menggunkan rangkaian Paralel Adder yaitu gabungan dari bebrapa Full Adder.
Subtractor
Merupakan Suatu Rangkaian Pengurangan 2 buah
bilangan biner. Jenis-jenis rangkaian Subtractor yaitu :
a. Half
Subtractor
Rangkaian half subtractor adalah rangkaian Subtractor yang paling
sederhana. Pada dasarnta
rangkaian half subtractor adalah rangkaian half adder
yang dimodifikasi dengan menambahkan
gerbang NOT. Rangkaian half subtractor dapat dibuat
dari sebuah gerbang AND, Gerang X-OR,
dan gerbang NOT.
Rangkaian ini mempunyai dua input dan dua output yaitu Sum dan Borrow Out
(Bo). Rumus
dasar pengurangan pada biner yaitu :
1. 0 – 0 = 0 Borrow 0
2. 0 – 1 = 1 Borrow 1
3. 1 – 0 = 1 Borrow 0
4. 1 – 1 = 0 Borrow 0
b.
Full Subtractor
Pada Rangkaian full subtractor pin Borrow Out dihubungkan dengan pin
Borrow In(Bin)
sebelumnya dan pin Bin di hubungkan dengan pin Bout
pada rangkaian berikutnya begitu
seterusnya.
Sehingga pada rangkaian Full Subtractor mempunyai 3 input dan 2 output.
Berikut
merupakan symbol dari Full Subtractor
ENKODER DAN DEKODER
PENDAHULUAN
Pembahasan kali ini mengenai Enkoder dan Dekoder yang berguna mengubah data pada input dan output, diharapkan setelah pembahasan ini mahasiswa mampu untuk :
1. Mengenal rangkaian Encoder dan Decoder
2. Mengenal rangkaian encoder
dan decoder dalam bentuk IC
PENYAJIAN
ENKODER
Enkoder merupakan rangkaian
logika yang berfungsi mengubah data yang ada pada inputnya menjadi kode - kode
biner pada outputnya. Salah satu contohnya yakni enkoder oktal ke biner atau
disebut juga enkoder 8 ke 3, berfungsi mengubah data bilangan oktal pada input
menjadi kode biner 3 bit pada outputnya.
DEKODER
Dekoder adalah rangkaian logika yang menerima input-input
biner dan mengaktifkan salahsatu outputnya sesuai dengan input kode binernya.
Secara sederhana decoder dapat dikatakan sebagai pemecah sandi atau kode.
Sebagai contoh seperti encoder diatas, decoder
biner ke oktal yang memiliki 3 buah jalur input atau masukan dan 8 buah jalur
output atau keluaran. Tabel kebenaran decoder biner ke oktal adalah sebagai
berikut :
Beberapa
contoh kegunaan decoder adalah pada perangkat seven segmen, untuk memudahkan
menyalakannya maka digunakan rangkaian logika decoder. Dengan menggunakan
decoder maka seven segmen dapat lebih cepat menyala. Pada dasarnya output atau
keluaran dari decoder maksimum 2n, sehingga jika ingin dibuat output yang lebih
banyak maka dapat dirangkai dengan beberapa buah decoder yang dihubungkan.
Sebagai contoh untuk membuat encoder biner ke oktal (3 input ke 8 output) dapat
dibuat dengan decoder 2 ke 4 (2 input dan 4 output). Untuk membangun yang lebih
besar dapat menggunakan beberapa decoder kelipatan dibawahnya.
MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER
PENDAHULUAN
Pada pembahasan ini mengenai Multiplexer dan Demultiplexer, multiplexer sendiri bermanfaat untuk dari satu dari banyak input dan menghubungkan satu per satu ke output sesuai dengan sinyal pemilih dengan begitu demultiplexer juga memiliki hubungan dengannya oleh karena itu pada pembahasan ini mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan :
1. Mengenal rangkaian Enkoder dan Dekoder
2. Mengenal rangkaian
Enkoder dan Dekoder dalam bentuk IC
PENYAJIAN
MULTIPLEXER
Multiplexer
merupakan rangkaian logika yang berfungsi memilih data yang ada pada inputnya
untuk disalurkan ke outputnya dengan bantuan sinyal pemilih atau sinyal
kontrol. Kata multiplexer sendiri dikemukakan dalam bentuk singkatannya yakni MUX.
Multiplexer disebut juga sebagai pemilih data (data selector). Jumlah input
multiplexer sendiri adalah 2n (n=1,2,3,.....) dengan n merupakan jumlah bit
sinyal pemilih, sehingga terdapat MUX 2 ke 1 dengan 1 - bit sinyal pemilih, MUX
4 ke 1 dengan 2-bit sinyal pemilih, MUX 8 ke 1 dengan 3-bit sinyal pemilih, dan
seterusnya. Simbol multiplexer berdasarkan jumlah input seperti gambar di bawah
ini
Cara kerja Multiplexer
a. Multiplexer (MUX) 2 ke 1
Multiplexer 2 ke 1 memiliki dua input (A dan B) dan satu output (Y). Sinyal kontrol (biasanya disebut sebagai "select" atau "enable") menentukan input yang akan diarahkan ke output. Jika sinyal kontrol adalah 0, output akan dihubungkan ke input A; jika 1, output akan dihubungkan ke input B.
b. Multiplexer (MUX) 4 ke 1
Multiplexer 4 ke 1 memiliki empat input (A, B, C, dan D) dan satu output (Y). Sinyal kontrol pada MUX 4 ke 1 biasanya memerlukan dua bit untuk memilih di antara empat input. Misalnya, dengan dua bit kontrol (selengkapnya: S1 dan S0), tabel kebenaran menunjukkan koneksi output ke salah satu dari empat input sesuai dengan kombinasi kontrol.
c. Multiplexer (MUX) 8 ke 1
Multiplexer 8 ke 1 memiliki delapan input (A, B, C, D, E, F, G, dan H)
dan satu output (Y). Sinyal kontrol pada MUX 8 ke 1 memerlukan tiga bit untuk
memilih di antara delapan input. Kombinasi kontrol tiga bit akan menentukan
input mana yang dihubungkan ke output.
Secara umum, semakin banyak
input pada multiplexer, semakin banyak bit kontrol yang diperlukan untuk
memilih input yang tepat. Prinsip kerjanya tetap sama, di mana sinyal kontrol
digunakan untuk mengarahkan satu dari beberapa input ke output.
DEMULTIPLEXER
Demultiplexer
merupakan rangkaian logika yang berfungsi menyalurkan data yang ada pada
inputnya ke salah satu dari beberapa outputnya dengan bantuan sinyal pemilih
atau sinyal kontrol. Dalam penyebutannya, demultiplexer sering dikemukakan dalam
bentuk singkatannya saja yakni DEMUX. Demultiplexer disebut juga sebagai
penyalur data (data distributor), dan fungsinya merupakan kebalikan dari fungsi
multiplexer
Jumlah output demultiplexer adalah (n=1,2,3,.....), dalam hal ini n
merupakan jumlah bit sinyal pemilih, sehingga terdapat DEMUX 1 ke 2 dengan
1-bit sinyal pemilih, DEMUX 1 ke 4 dengan 2-bit sinyal pemilih, DEMUX 1 ke 8
dengan 3-bit sinyal pemilih, dan seterusnya. Simbol demultiplexer sendiri
digambarkan seperti berikut
Cara Kerja Demultiplexer
a. Demultiplexer 1 ke 2
DEMUX 1 ke 2 memiliki input berjumlah 1, dengan dua output dan satu sinyal kontrol, sinyal input yang diarahkan ke salah satu dari dua output tergantung dari nilai bit kontrol, jika sinyal kontrol bernilai 0 maka sinyal input akan tersambung ke output yang pertama, sebaliknya jika nilai kontrol 1 maka akan input akan tersambung ke output kedua.
b. Demultiplexer 1 ke 4
DEMUX 1 ke 4 memiliki input sinyal satu, dengan empat output dan dua sinyal kontrol, cara kerjanya hampir sama dengan DEMUX 1 ke 2 yang memiliki pembeda yakni pada dua sinyal kontrol yang dimiliki kali ini, kombinasi dari bit kontrol ini akan menentukan output mana yang akan terhubung dengan sinyal input.
c. Demultiplexer 1 ke 8
DEMUX 1 ke 8 memiliki input sinyal satu, dengan delapan output dan tiga sinyal kontrol, cara kerjanya hampir sama dengan DEMUX sebelumnya yang memiliki pembeda pada tiga sinyal kontrol yang berfungsi memilih dari satu dari delapan output dengan kombinasi bit kontrol yang di pilih.
Demultiplexer memungkinkan pemisahan satu sinyal
input ke beberapa output sesuai dengan pola kontrol yang ditentukan. Setiap bit
kontrol menambah tingkat kebebasan dalam pemilihan output. Semakin banyak
output, semakin banyak bit kontrol yang diperlukan untuk mengendalikan proses
pemilihan output pada demultiplexer.
Semoga rangkuman ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Komentar
Posting Komentar